Tugas Ilmu Budaya Dasar (Reportase Adat dan Kebudayaan Suku Minangkabau)





Adat dan Kebudayaan Suku Minangkabau Sumatera Barat
           
Pewawancara : Muhammad Nuh Nurkholid
Narasumber  : Derizon Saputra
Suku Minangkabau atau sering di singkat “Minang” adalah suku yang berasal dari daerah Sumatera Barat, suku ini tersebar dari mulai Solok Selatan, Pariaman, Pasaman, Pesisir selatan, daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan Negeri Sembilan di Malaysia. Suku minang sendiri masih sangat menjunjung tinggi para leluhurnya seperti yang di katakan oleh Derizon (Narasumber), menurutnya “Di kampung saya yaitu di Desa Muaralabuh, Kec.Pauhduo, Kab.Solok Selatan para pemuda masih sangat menghormati dan menjunjung tinggi para leluhur atau yang lebih tua darinya, berbeda dengan suku lain yang berada di daerah lain yang terkadang sudah tak menghormati bahkan melupakan leluhurnya”.
 Salah satu budaya yang sangat unik di Minang yaitu adat dalam upacara pernikahan, Dalam prosesi pernikahan di adat Minangkabau disebut baralek, Baralek ini mempunyai tahapan –tahapan sampai ke tahapan akhir yaitu ijab Kabul, tahapan ini dimulai dari maminang (meminang) lalu di lanjutkan manjapuik marapulai (menjemput pengantin pria), sampai basandiang (bersanding di pelaminan). Jika maminang diterima maka di lanjutkan manantuan hari (menentukan hari pernikahan), maka kemudian dilanjutkan dengan pernikahan secara Islam yang biasa dilakukan di Masjid yang di pimpin oleh penghulu atau tuan kadi. “Pesta pernikahan ini di jalankan selama 7 hari secara berurutan, tujuannya biar orang-orang mengetahuinya dan juga acara hiburan biasanya ada di hari ketujuh “Mananti Tamu”, Hiburan ini khas suku Minang seperti kesenian tari Pasambahan merupakan tarian yang dimainkan bermaksud sebagai ucapan selamat datang ataupun ungkapan rasa hormat kepada tamu istimewa yang baru saja sampai, selanjutnya Tari Piring merupakan bentuk tarian dengan gerak cepat dari para penarinya sambil memegang piring pada telapak tangan masing-masing, yang diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh Talempong dan Saluang, Tetapi jika keadaan ekonomi keduanya tak berkecukupan, maka pernikahan di lakukan dengan cara dan adat yang sederhana” Ungkapnya
            Setelah pengantin mempunyai anak, maka anak tersebut akan menjadi suku Minang jika ibunya Minang walaupun ayahnya bukan orang Minang, tetapi jika ibunya bukan Minang, si anak bukanlah orang Minang walaupun ayahnya orang minang sekalipun. Hal ini karena di minang atau Minangkabau menganut system Matrilineal berbeda dengan suku Batak yang ada di Sumatera Utara yang menganut system Patrilineal (Merujuk pada Ayah). Dalam Matrilineal ibu di sebut Samande (Se-Ibu), sedangkan ayah di sebut sumando (Ipar), hal ini juga menunjukkan betapa istimewanya kedudukan ibu di Sumbar yang di sebut juga “Bundo Kanduang”, “Kalau orang minang “Laki-laki” mau melanjutkan suku minang ke anaknya, ya harus mencari istri orang minang juga, kalau bukan orang minang ya adat itu tak berlaku lagi” ungkap Derizon.
            “Di Minang, ada juga budaya yang lebih unik selain budaya atau adat pernikahan tadi, contohnya seperti Budaya Rantau, Budaya Kesenian, dan Budaya Olahraganya” Ungkap Derizon, budaya rantau orang Minang ini di sebabkan oleh berbagai jenis faktor, salah satunya budaya dari nenek moyang. “Ya hal ini terjadi sejak zaman nenek moyang, Menurut leluhur kami, dahulu nenek moyang pernah berbicara karatau madang di hulu babuah babungo balun (anjuran merantau kepada laki-laki karena di kampung belum berguna). satinggi-tinggi tabangnyo bangau kembalinya ke kubangan juo” Jelasnya. Hal inilah yang membuat urang awak memiliki budaya merantau, selain itu penyebab lainnya ialah sistem kekerabatan matrilineal, “Selain itu orang minang jika merantau, maka jika dia mau pulang dia harus sukses terlebih dahulu, jika tak sukses maka akan di olok-olok oleh warga kampung”Sambungnya.

“Tahukah anda bahwa ada salah satu olahraga internasional yang berasal dari suku minang, yaitu olahraga sipak rago atau biasa di sebut sepak takraw yang bolanya terbuat dari anyaman rotan, selain itu olahraga lain yang masih di lestarikan yaitu olahraga pacu jawi dan pacu itik” Pungkasnya, Saat di tanya oleh pewawancara (M.Nuh Nurkholid) “Pernahkah anda (Derizon) mengikuti atau melakukan salah satu dari sekian banyak adat di minang?”, “Paling saya pernah mengikuti olahraga sipak rago atau sepak takraw, tapi itu juga tidak menggunakan bola dari anyaman rotan” Pungkasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PARADIGMA POSITIVISME, KONSTRUKTIVISME DAN KRITIS DALAM KOMUNIKASI

ORGANISASI PROFESI

AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN BUDAYA BARAT